Sebuah cerita yang saya kirimkan ke 99 Hijab Stories X))
Sekaligus peringatan 5 tahun berhijab X))
Hai, perkenalkan saya Amel, usia 23 tahun. Lahir dan tinggal di Palembang, sampe SMA. Kemudian hijrah untuk kuliah di Depok dan sampe sekarang masih betah di Depok, walau kerja di Jakarta Pusat. Alhamdulillah hampir setahun belakangan ini, dipercayakan Allah bolak-balik pake commuter line Depok-Jakarta untuk berbakti kepada Negara (PNS judulnya ^^). Jadi PNS bukan cita-cita, niatan, impian, idaman ataupun apalah itu namanya. It just happened. Nah, sama seperti pake hijab. Saya berhijab sejak 2006, Oktober tanggal 5. Officially. Sebenarnya sudah mulai pake 9 hari sebelumnya, pas mau umrah. Sepertinya ceritanya tidak runut, ah…maapkan. Saya memang bukan pencerita yang baik.
Kembali lagi ke pernyataan saya sebelumnya, berhijab bukan cita-cita, impian atau niatan. Sebelumnya, belum pernah terbersit sedikit pun keinginan untuk berhijab. Sejak kecil, saya tipe cewek tomboi. Dandanan boyish, suka manjat pohon, lebih milih main mobil-mobilan daripada masak-masakan, dan suka banget olahraga jenis apapun. Satu hal lagi, saya cinta banget sama laut. Paling seneng kalo berenang di laut. Dengan kegiatan begini, wah… gak pernah kepikiran berhijab sedikit pun.
Saat ayah menawarkan untuk umrah sekeluarga, saya hanya mengiyakan tanpa ada kepikiran untuk berhijab setelahnya. Karena, saya pernah melihat senior saya pulang umrah, hanya mengenakan kerudung sekenanya, sampai beberapa hari setelah pulang umrah. Tapi, saya selalu percaya bahwa Allah Maha Baik dan punya rencana menakjubkan yang gak pernah kita ketahui. Mungkin itu yang disebut “hidayah”. Kasus saya, dapet hidayahnya melalui umrah. Gak bisa dipungkiri, saat di Tanah Suci, Allah serasa dekat sekali, menyayangi saya, dan saya merasa pikiran saya yang sempit lebih terbuka. Masih banyak sekali yang belum saya ketahui, dan saya tau, waktu saya tidak banyak. Jadilah selepas pulang umrah, saya mencoba meyakinkan diri untuk berhijab. Jujur, satu bulan pertama masih terpikir untuk melepas hijab. Alasan utamanya adalah bagaimana saya berenang? Main ke laut? Olahraga?. Terdengar cemen ya? Memang... saya hanya manusia biasa, dan itu alasan yang manusiawi sekali.
Seminggu pertama, saya gak ganti jilbab karena saya cuma punya satu jilbab yang bisa saya pakai (maap agak jorok ^^). Minggu kedua saya mencoba memakai jilbab segi empat, alhasil jari saya berdarah-darah tertusuk peniti. Untuk tambah pede dan keyakinan diri, saya ngobrol panjang lebar dengan sahabat yang sudah berhijab dan ustadz saya. Lepas sebulan pertama, saya sudah mantap berhijab. Sampe sekarang. Yeaaay.
Setelah berhijab, sebenarnya tidak terlalu banyak tantangan yang saya temui, menurut saya. Sejauh ini, hijab belum pernah menghambat segala aktifitas saya. Waktu di kampus, saya tetep main ke laut. Malah setahun setelah berhijab, saya ikutan Mapala dan dapet lisence untuk diving. *smile*. Saya mencoba naik gunung, panjat tebing, diving, arung jeram, main tenis, basket, futsal. Hayo aja masih saya jabanin. Ditambah juga saya aktif di BEM Fakultas, koran kampus dan komunitas olahraga kampus (eh..bukan mau sok ini ya). Saya seneng aja orang-orang bisa lihat bahwa cewek jilbab, masih bisa aktif melakukan kegiatan apa aja (yang positif tentunya).
Sampe saat saya bekerja sekarang, saya masih suka main ke laut, masih suka diajakin main futsal. Semuanya tetap saya lakukan dengan hijab bertengger manis. Malah lebih enak. Kalo orang-orang bingung rambutnya harus rapi terus, saya mah yang penting jilbab udah aman nempel, gak penting rambutnya gak disisir (hihihi).
Di kantor, saya punya banyak panggilan. Karena, setiap hari bisa jadi saya mengganti model pasang hijab, atau pake hijab warna warni. Ceritanya, ada dua orang amel di biro yang sama. Saat teman dari biro lain mencari amel, pasti ditanya “amel yang mana? Amel jilbab lucu?”. Itu pasti saya (ciye lucu ^^). Atau bisa juga amel jilbab gaul, amel jilbab modis, atau apalah itu. Saya sih tidak pernah mempermasalahkan, karena memang saya suka gonti-ganti model jilbab. Saya senang berarti orang memperhatikan hijab yang saya pakai. Bukan maksud cari perhatian, tapi saya berharapnya sih teman-teman lain bisa terinspirasi bahwa berhijab tidak membuat seorang perempuan terlihat gak menarik. Malah tambah menarik banget. Malah **uhuk** pacar saya, naksir karena saya berhijab “kalo elo gak berhijab, gak tau deh. Mungkin ceritanya beda kali ya,” begitu katanya *smile*
Satu cerita lagi, seorang teman sekantor saya pernah bingung untuk mulai berhijab, karena alasan yang agak mirip dengan saya. Takut gak bisa bebas berenang, olahragaan. Lantas, saya bilang “elo liat gue. Gue masih sering ke laut, main futsal, main sepatu roda. Gak ada kok ceritanya, berhijab jadi bikin sulit ngapa-ngapain”. Alhamdulillah sekarang dia sudah berhijab (yang ini namanya errr… mengompori kamu yang lagi baca *smile*).
Untuk teman-teman yang ingin berhijab, coba hitung mufakat dan mudaratnya deh. So far…saya sih kebanyakan manfaatnya. Hijab lebih bikin saya merasa tenang aja dari cowok-cowok pemandang fisik *halah bahasa apa ini*. Jadi bahasanya, orang gak memandang kalian hanya dari fisik semata. Dan juga melatih kita untuk tidak melakukan hal yang serupa, judging a book by its cover. Yang masih mikir-mikir karena takut hijabnya mengurangi keaktifannya. Tenang, insyAllah enggak. Saya udah 5 tahun membuktikannya *smile*. Sampai detik ini, saya masih suka main ke laut, main futsal, atau nongkrong-nongkrong sama temen-temen. Nah satu ini lagi. Teman. Gak dipungkiri, lingkungan itu berpengaruh besar. Apalagi teman. Tapi bukannya jadi pilih-pilih teman. Namun, ada baiknya, kamu punya satu lingkungan yang baik untuk kamu share dan belajar mengenai agama. Dulu waktu di kampus, setiap minggu saya rutin sharing agama bersama teman-teman dan senior. Sekarang memang sudah tidak, tapi saya punya “peer” teman-teman dekat untuk share atau bertanya tentang apapun, mulai dari kehidupan pekerjaan, pertemenana, percintaan *halah*, atau masalah agama. Paling tidak, ada penyeimbang dalam kehidupan kita. Jadi, intinya tetap dapet dunia – akhirat gitu. Pokoknya, hijab gak pernah jadi penghambat dalam kehidupan saya, sampai detik saya menulis cerita ini, di tahun kelima saya berhijab. *smile*