Friday, 16 May 2008

RajaAmpat

Raja Ampat, Sang Penyelamat dari Timur
Raja Ampat berarti empat Raja, berawal dari abad ke – 15 saat Sultan Tidore merujuk kepada empat pulau yaitu Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo. Raja Ampat berada di barat bagian kepala burung dan merupakan pemekaran kabupaten Sorong. Luas wilayahnya ±46.000 kilometer persegi, 85 persen merupakan luas laut, sisanya merupakan daratan. Raja Ampat terdiri dari 610 pulau, dimana hanya 35 pulau yang berpenghuni, sisanya tidak berpenghuni dan sebagian besar tak bernama. Raja Ampat merupakan rumah bagi 75 persen total spesies karang dunia dan tempat hidup bagi 1.125 spesies ikan karang.
Tidak berlebihan bila Raja Ampat disebut sebagai surga bagi penyelam. Seorang pakar kelautan Australia Dr. Gerard Allen mencatat bahwa dalam satu titik penyelaman saja, penyelam dapat menemukan 283 jenis ikan yang berbeda, dalam waktu 80 menit. Perairan Raja Ampat juga terkenal sebagai habitat bagi beberapa mamalia laut seperti duyung, lumba–lumba, dan paus. Sebuah rayuan yang tentu saja memikat hati penyelam.
Dengan segala “keajaiban” yang terhampar tersebut, sudah sepantasnya Raja Ampat diberi perhatian ekstra agar lingkungan lautnya tetap terjaga. Jika laut Raja Ampat terjaga, berarti ¾ kekayaan bahari dunia pun ikut terjaga. Sayangnya, banyak sekali oknum tak bertanggung jawab yang melakukan eksploitasi tanpa memerhatikan dampak negatifnya pada lingkungan.
Penangkapan ikan secara ilegal menggunakan bom, apotas (istilah lokal bagi sianida), maupun mencungkil karang perlahan–lahan mulai mengoyak “keperawanan” Raja Ampat. Jika terumbu karang dirusak , kelestarian antar ekosistem laut yang saling mempengaruhi pun akan rusak. Pemanasan global tentu tidak akan terelakkan lagi. Selain itu, masyarakat lokal yang 90 persen menggantungkan diri dari sektor perikanan akan sulit mencari ikan.